Mengenal Alergi Air, Setelah Mandi Justru Muncul Ruam Merah Gatal, Bagaimana Mengatasinya?

Air yang sangat penting bagi kehidupan ternyata bisa menjadi penyebab alergi bagi beberapa orang. Ini disebut alergi air atau urtikaria aquagenik.

Alergi air/urtikaria aquagenik (kolase Google/Pexels)


Air sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia sehari-hari, dari untuk minum, memasak hingga mencuci. Namun, apa jadinya jika air yang sehari-hari kita gunakan tersebut juga dapat menjadi penyebab alergi atau alergi air?

Ya, alergi air memang ada dan itu disebut dengan urtikaria aquagenik atau aquagenic urticaria. Urtikaria adalah istilah media untuk ruam merah, gatal dan benjolan kecil yang umumnya disebut sebagai gatal-gatal.

Urtikaria aquagenik adalah kondisi yang sangat langka, hanya sekitar 100 kasus yang diketahui. Seperti namanya, urtikaria aquagenik disebabkan oleh adanya kontak dengan air.

Orang dengan kondisi ini kulitnya seringkali menjadi merah dan gatal setelah menyentuh air. Suhu dan keasaman atau alkalinitas air bukan merupakan faktor penyebab reaksi. Beberapa orang hanya bereaksi terhadap air asin. Ruam gatal biasanya muncul di leher, lengan atas dan badan.

Seseorang dapat dikatakan memiliki urtikaria aquagenik ketika memiliki riwayat ruam setelah terpapar air. Namun, panas, dingin, dan kondisi lainnya dapat memicu ruam serupa.

Dokter biasanya mendiagnosis urtikaria aquagenik dengan 'tes tantangan air' dengan menempatkan kompres basah di dada pasien dan memeriksa ruam setelah 20 menit berlalu. Saat tes ini dilakukan, terlebih dahulu pasien dites bahwa dalam sistem tubuhnya tidak mengandung antihistamin. Air yang digunakan untuk tes juga tidak panas atau dingin.

Dokter dan peneliti sendiri juga masih bingung dengan urtikaria aquagenik. Mereka menduga sesuatu pada kulit yang bereaksi dengan air menyebabkan ruam. Mereka juga berteori bahwa zat yang terlarut dalam airlah yang menyebabkan ruam, bukan air itu sendiri. Namun, sejauh ini mereka belum menemukan jawaban pasti.

Penderita urtikaria aquagenik seringkali dapat meminum air tanpa menimbulkan reaksi alergi karena air tersebut tidak menyentuh kulit. Namun, dalam satu kasus, seorang laki-laki berusia 18 tahun mengalami pembengkakan pada bibir dan bagian dalam mulut setelah minum air.

Untuk mengurangi risiko, orang dengan alergi air ini seringkali mengurangi frekuensi mandi dan terkadang menggunakan pembersih berbahan dasar alkohol.

Penderita urtikaria aquagenik dapat bereaksi terhadap air dalam bentuk apa pun, termasuk keringat dan bahkan air mata sendiri. Mereka sering melakukan tindakan pencegahan seperti tetap berada di dalam rumah pada saat hujan atau menghindari aktivitas yang menyebabkan keringat.

Anda mungkin bertanya, pengobatan apa yang bisa dilakukan untuk alergi air atau urtikaria aquagenik ini? Melansir WebMD, ada beberapa solusi yang mungkin dilakukan pada alergi air ini:

1. Antihistamin

Pengobatan yang biasa dilakukan untuk gatal-gatal, apa pun jenisnya, adalah antihistamin. Dokter lebih memilih antihistamin generasi kedua karena menyebabkan lebih sedikit rasa kantuk dibandingkan formula lama. Dalam hal ini, cetirizine sering menjadi pilihan.

2. Krim

Krim dan zat lain yang mampu menjadi penghalang antara air dan kulit juga dapat digunakan. Beberapa ahli merekomendasikan cara ini sebelum antihistamin, terutama pada anak-anak yang memiliki alergi terhadap air.

3. Terapi sinar ultraviolet

Pengobatan ini kurang umum digunakan. Cara ini dilakukan untuk menguatkan kulit dan membuatnya kurang sensitif terhadap air. Idenya adalah untuk membuat kulit lebih mirip telapak tangan dan telapak kaki, karena air jarang menimbulkan reaksi di tempat tersebut.

4. Omalizumab

Para dokter telah berhasil mengobati gatal-gatal dengan obat alergi, omalizumab. Pada satu orang dengan urtikaria aquagenik, semua gejala alergi hilang dan bahkan bisa berenang setelah menggunakan obat ini. Namun, obat omalizumab ini tidak diberi label untuk gatal-gatal dan lebih mahal dibandingkan obat lainnya.

0 Comments